NUSA DUA, Fajarbadung.com – Industri Fintech Indonesia akan melompat dengan cepat di tahun 2022. Hal ini disampaikan Tris Yulianta, selaku Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan, saat tampil sebagai narasumber dalam acara Fintech Lending Outlook Tahun 2022 yang digelar Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) di Nusa Dua Bali, Jumat (10/12/2021).
Menurut Tris, sekalipun diterpa pandemi Covid19, namun Fintech Indonesia tetap bertumbuh sebanyak 82% di tahun 2021. “Dengan capaian ini, saya mengatakan bahwa ini bukan bertumbuh lagi melainkan melompat dengan sangat cepat. Jadi saya optimis jika di tahun 2022, Fintech Indonesia akan berkembang sangat cepat dengan berbagai produk yang kompetitif,” ujarnya. Untuk mencapai maksud tersebut, maka diperlukan sinergitas di antara perusahan Fintech dengan berbagai lembaga non bank lainnya. Kemudian perlu solusi yang inklusif dari perusahan Fintech agar lebih cepat bertumbuh bersama dengan digitalisasi produk.
Selama ini, Indonesia menghadapi beberapa tantangan utama, salah satunya berupa keterbatasan akses pada lembaga jasa keuangan, seperti perbankan. UMKM tidak semuanya memiliki akses untuk memperoleh pendanaan. Hal ini diperburuk dengan mewabahnya virus Covid-19 di Indonesia sejak 2020. Capaian pertumbuhan ekonomi sempat minus 2,07% pada tahun 2020. Namun bersyukur, kondisi pertumbuhan ekonomi Triwulan 3 tahun 2021 telah membaik dengan tumbuh sebesar 3,51% year on year.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bambang W. Budiawan mengatakan, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 semakin baik dengan tumbuh pada kisaran angka 5,0 – 5,2%. Belajar dari tahun 2020, Indonesia perlu tetap mengantisipasi potensi gelombang pandemi lanjutan yang dapat mengancam pemulihan perekonomian yang telah berjalan cukup baik.
Varian Omicron yang telah muncul di beberapa negara perlu menjadi perhatian kita agar tak mengancam akselerasi pemulihan ekonomi. OJK terus mendukung penuh upaya percepatan pemulihan perekonomian nasional. Salah satunya adalah dukungan melalui pendanaan UMKM melalui industri peer-to-peer lending atau fintech lending. OJK mendorong penyaluran pinjaman ke sektor produktif atau UMKM agar terus ditingkatkan. Data per Oktober 2021, penyaluran industri fintech lending ke sektor produktif sebesar Rp69,39 triliun atau 53,63% dari total penyaluran sepanjang tahun. Prosentase ini naik dibandingkan tahun 2019 dan 2020.
“Salah satu alasan mengapa pendanaan UMKM sangat diperhatikan dalam industri fintech lending yaitu karena UMKM merupakan pilar terpenting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2021, jumlah UMKM yang mencapai 99,9% dari pelaku usaha juga telah berhasil menyerap tenaga kerja sebesar a97% dari total tenaga kerja Indonesia. Secara keseluruhan, UMKM telah berkontribusi sebesar 61,07% terhadap PDB Indonesia atau senilai Rp8.573,89 triliun,” ujarnya
Data terakhir dari we are social dan hootsuite, menyebutkan bahwa ada sebanyak 202,6 juta penduduk di Indonesia terkoneksi dengan internet dan 170 diantaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Jumlah tersebut terus bertumbuh signifikan masing masing 15,5% dan 6,3% yoy. “Angka tersebut menggambarkan besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia di masa depan yang perlu dimanfaatkan secara optimal terutama oleh industri fintech lending,” terangnya.
Berdasarkan data sampai dengan bulan Oktober 2021, industri fintech lending telah berhasil menyalurkan pinjaman sebesar Rp272 triliun sejak kehadirannya di Indonesia. Kini telah ada sekitar 72 juta rekening pengguna dengan transaksi pinjaman lebih dari 500 juta transaksi. Data pada akhir Oktober 2021 juga menunjukkan adanya pertumbuhan pinjaman outstanding yang signifikan mencapai lebih dari 110% (yoy) atau menjadi sebanyak Rp27,91 triliun. Kualitas pinjaman juga semakin membaik dengan angka TKB90 sebesar 97,87% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 92,42%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah mengatakan, fintech lending tahun 2021 ini, tumbuh 100% dibandingkan 2020, disaat industri keuangan sebagian besar mengalami Zero dan negatif. Pihaknya optimis, fintech lending akan tumbuh sebesar 50 persen pada tahun 2022. Namun demikian, pihaknya menyebutkan kalau tantangan kedepan adalah belum semua UMKM di Indonesia, terintegrasi dalam ekosistem apalagi ekosistem digital.
“Kami yakin bahwa, banyak sekali pemangku kepentingan yang peduli untuk mengupgrade supaya UMKM kita ini semakin terintegrasi dalam ekosistem-ekosistem digital. Artinya potensi dari 60 juta lebih UMKM Indonesia itu semakin ke depan akan semakin digital,” harapnya.
Penulis – Arnold Dhae|Editor – Christovao