SINGARAJA, Fajarbadung.com – Perkelahian berdarah kembali terjadi di Buleleng. Kali ini perkelahian terjadi di Banjar Dinas Kubu, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng pada Minggu (3/7) sekira pukul 23.00 wita. Akibat perkelahian ini, dua orang meninggal dunia karena mengalami luka terbuka.
Kapolsek Sukasada, Kompol I Made Agus Dwi Wirawan ditemui Senin (4/7) mengatakan, dua orang yang meninggal dunia itu masing-masing bernama Ketut Vauzi dan Edi Salman. Keduanya sempat dibawa ke RSUD Buleleng dan Senin sore telah dimakamkan di Desa Pegayaman.
Kapolsek menyebut, kasus perkelahian ini bermula saat Vauzi sedang tidur bersama keluarganya di rumah. Tiba-tiba Edi Salman bersama dua rekannya berinsial J dan N datang, lalu memanggil Vauzi agar segera keluar dari rumah.
Mendengar hal tersebut, Vauzi pun terbangun dan keluar. Hingga akhirnya terjadi perkelahian. Dari perkelahian itu Edi Salman meninggal dunia di TKP. Bagian kaki sebelah kanannya hampir putus. Sementara dua rekannya melarikan diri. Sedangkan Vauzi meninggal dunia di RSUD Buleleng. Vauzi mengalami luka terbuka di bagian dada, lengan dan pergelangan tangan.
Kompol Dwi mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan apakah dua rekan Edi Salman itu terlibat dalam perkelahian, atau hanya sekedar menyaksikan. Sebab hingga saat ini pihaknya masih berupaya untuk mencari dua pria tersebut. Polisi juga masih memeriksa saksi-saksi yang ada di sekitar TKP.
Terkait modus, perkelahian ini diduga terjadi lantaran Edi Salman bersama dua rekannya itu mengira bahwa Vauzi merupakan mata-mata polisi. Pasalnya, Edi Salman berserta dua rekannya itu merupakan komplotan pencuri sepeda motor.
Mereka terindikasi pernah melakukan pencurian motor di Jalur Gitgit, Kecamatan Sukasada pada Sabtu (28/5) lalu. Saat itu korbannya sedang berteduh di sebuah warung yang tutup, karena diguyur hujan lebat. Motor Honda Scoopy DK 2195 VN itu diduga dicuri oleh Edi Salman berserta dua rekannya itu.
Saat pencurian motor itu terjadi, pihaknya kata Kompol Dwi sempat melakukan upaya penangkapan terhadap Edi Salman di kediamannya. Namun saat petugas datang, Edi Salman berhasil melarikan diri. Bahkan polisi sempat memberikan tembakan peringatan, hingga timah panas itu mengenai organ tubuh Edi Salman.
Pasca kejadian itu, Edi Salman pun mengira bahwa Vauzi lah yang membeberkan aksi pencuriannya itu kepada polisi. Sehingga Edi Salman naik pitam, lalu menyerang Vauzi di rumahnya, hingga berujung pada kematian.
“Edi Salaman sempat menunjukan selongsong peluru yang sempat ditembakan oleh anggota kami kepada Vauzi. Edi Salman menyebut gara-gara Vauzi lah mereka jadi seperti ini. Padahal Vauzi hanya memberikan saran kepada Edi Salman dan teman-temannya agar tidak lagi melakukan aksi pencurian, jambret dan tindak kriminal lainnya. Hingga akhirnya terjadi cekcok dan tindakan penganiayaan ini,” terangnya.
Vauzi ditegaskan Kompol Dwi tidak terlibat dalam kasus pencurian motor di Jalur Gitgit itu. Namun ia tidak menampik jika Vauzi merupakan seorang residivis kasus pencurian. Pun Edi Salman bersama dua rekannya yang kini tengah melarikan diri itu, juga merupakan seorang residivis.
“Jadi Edi Salman bersama teman-temannya ini memang komplotan pencuri. Menurut keterangan tokoh masyatakat Desa Pegayaman, Edi Salman sering mencuri dan berbuat onar. Warga di Desa Pegayaman sering menjadi korbannya, namun masyarakat enggan melapor. Jadi Vauzi posisinya mengingatkan mereka,” jelasnya.
Penulis|Wismaya