BESAKIH, Fajarbadung.com – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia mengelar kegiatan sosialisasi gearakan Wisata bersih Melalui Edukasi Pengelolaan Sampah yang Efektif di Destinasi Pariwisata Menuju Desa Adat Bersih dan Sehat di desa adat Besakih. Kegiatan ini dihadiri 80 peserta yang terdiri dari Kader bank sampah potensial di Desa Adat Besakih & Desa Adat Menanga; Tokoh masyarakat desa (Kelian Banjar), Masyarakat umum, perwakilan banjar, serta talenta muda dan mahasiswa yang berlansung di Kantor Desa Besakih Kamis, (21 November 2024).
Kegiatan ini merupakan Langkah nyata bentuk Kerja Bersama/Kolaborasi dengan GoTo Impact Foundation (Project Catalyst Changemakers Ecosystem ) melalui Konsorsium Sukla Project yang merupakan hasil kolaborasi Bali Waste Cycle, Rebricks, dan Wastehub®️, sebagai langkah inisiatif mengajak masyarakat Desa Adat Besakih dan Menanga untuk menciptakan desa yang bersih dan sehat melalui pengelolaan sampah terpadu dalam rangka menjaga lingkungan Bali sehingga membuat ekonomi sirkular hijau menjadi nyata.
Selain bersama GoTo Foundation dan Konsorsium Sukla Project kolaborasi, kegiatan ini juga hasil kolaborasi Dinas Provinsi Bali, Dinas Kabupaten Karangasem, Pemerintah Desa Besakih, Pemerintah Desa Menanga, Media, dan stakeholder lainnya. Acara ini sejalan dengan agenda program quick wins Kementerian Pariwisata tahun 2024: Road to Gerakan Wisata Bersih, Melalui Edukasi Pengelolaan Sampah yang Efektif di Destinasi Pariwisata Menuju Desa Adat Bersih dan Sehat.
Kegiatan sosiaisasi ini selain mendapatkan wawasan tentang bagaimana mengelola sampah yang efektif sejak dari sumbernya atau dari rumah tangga, para peserta juga mendapat pelatihan tentang pemanfaatan sampah residu, juga diberi pengetahuan tentang peratturan yang mengatur tentang sampah. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemilahan sampah dan dampaknya bagi kader bank sampah dan Masyarakat, serta meningkatkan keterampilan membuat produk ramah lingkungan yang mendukung operasional TPS3R.
Dalam sambutannya Direktur Bali Waste Cycle (BWC) yang juga perwakilan dari konsorsium Proyek Sukla, Olivia Anastasia Padang menjelaskan, “Sejauh ini pengolahan sampah di TPS3R Palak telah meningkat dan mengurangi kebocoran sampah ke lingkungan. Karena sampah terpilah dapat lebih mudah diolah agar memiliki nilai ekonomi, lingkungan dan sosial.
Olivia berharap semua bisa berpartisipasi untuk bertransformasi menuju sistem pengelolaan sampah yang lebih baik. karena sampah terpilah dapat lebih mudah diolah agar memiliki nilai ekonomi, lingkungan dan sosial. Sampah diolah menjadi RDF, produk ramah lingkungan, dan kompos. Kami juga telah menjalankan edukasi kepada 2.281 keluarga, namun kami masih menemukan tantangan dalam mengajak masyarakat untuk lebih aktif terlibat, karena solusi ini harus menjadi milik bersama.”.jelas Olivia
Sementera itu Wakil Menteri Pariwisata RI, Ni Luh Puspa, mengapresiasi Proyek Sukla karena sejalan dengan agenda nasional desa adat bersih dan sehat, “Dari proyek kolaborasi ini, kami melihat bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak inisiatif seperti ini agar kita bersama-sama bisa memajukan bangsa. Semoga kolaborasi lintas sektor yang benar-benar melibatkan dapat menjadi contoh bagi desa adat lainnya di Indonesia”.
Program tersebut merupakan salah satu upaya akselerasi pembangunan yang tangguh menghadapi perubahan iklim dengan cara memobilisasi agen-agen perubahan, pendanaan, pengetahuan dan keahlian untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia.
Melalui program CCE tersebut, pada tahun 2023 telah terpilih 3 lokasi proyek percontohan yaitu: (1) Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali; (2) Kabupaten Samosir, Sumatra Utara; dan (3) Desa Golo Mori, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dan telah melaksanakan implementasi program di tahun 2024.Kemudian pada tahun 2024, Program Catalyst Changemakers Ecosystem CCE 3 .0 telah selesai melaksanakan kontestasi (CCE), yaitu : (1) Kabupaten Belitung, Bangka Belitung; (2) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; (3) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat; dan (4) Kabupaten Malang, Jawa Timur yang akan mengimplementasikan program di tahun 2025.
Sementara Chairperson GoTo Impact Foundation, Monica Oudang menjelaskan, “GIF berkomitmen untuk terus mencari cara yang lebih efektif dalam melakukan perubahan sistemik. Lewat CCE, kami menyatukan startup, organisasi nonprofit, dan berbagai pemangku kepentingan untuk berinovasi bersama agar solusi yang dihasilkan memberikan manfaat nyata, termasuk bagi masyarakat lokal.”
Proyek Sukla ini juga menggandeng BUMDesa Dharma Artha Basuki Desa Besakih, berpusat di TPS3R Palak untuk menangani masalah sampah melalui penerapan ekonomi sirkular. Pendekatan yang digunakan meliputi pengumpulan sampah, produksi RDF, pembuatan produk ramah lingkungan, serta edukasi yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat.
Diakhir acara dilakukan penyerahan simbolis rompi Gerakan Wisata Bersih (GWB) oleh Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa yang didampingi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto kepada perwakilan Bumdes Dharma Artha Basuki, perwakilan UPS Basuki Lestari dan Head of Strategic Partnership Go To Impact.***