JAKARTA, Fajarbadung.com – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Brian Sri Prahastuti, mengatakan kesehatan mental menjadi masalah utama bagi remaja Indonesia. Ia menegaskan pemerintah melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) akan meningkatkan akses remaja terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas.
“KSP juga akan mendorong kementerian dan lembaga untuk menguatkan kebijakan program yang mampu mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerentanan jiwa remaja Indonesia,” terang Brian, pada kegiatan KSP Mendengar, di Jakarta, Sabtu (16/12).
Brian menyampaikan kesehatan mental remaja salah satu persoalan yang menjadi perhatian pemerintah. Terlebih berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, diperkirakan 1 dari 5 remaja di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental.
Menurutnya, penanganan kesehatan mental butuh keterlibatan semua pihak, seperti keluarga, sekolah, dan komunitas. Pemerintah sendiri, sambung Brian, telah meluncurkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Layanan ini diharapkan bisa meningkatkan akses remaja untuk memenuhi hak-hak kesehatannya, termasuk kesehatan mental.
Masih kata Brian, pemenuhan hak kesehatan bagi remaja menjadi penting karena saat ini remaja (Gen Z) merupakan kelompok populasi terbesar di Indonesia, yakni 74.9 juta jiwa atau 27,9 persen dari total penduduk Indonesia. Selain itu, Indonesia juga akan menikmati bonus demografi pada 2035, di mana 70% dari total penduduk adalah usia produktif. “Pemenuhan hak kesehatan remaja merupakan investasi untuk mewujudkan Indonesia Emas,” ucapnya.
Sebelumnya pada kesempatan yang sama, Internal Affair Director Cegah Stunting, Wilson Widal Kho, memaparkan hasil jajak pendapat Cegah Stunting bersama CIMSA dan AMSA Indonesia yang dilakukan melalui platform U-report survey. Hasil survey yang melibatkan 4.813 orang muda sebagai responden tersebut, menunjukkan 62,6 persen responden menyatakan kesehatan mental mejadi masalah kesehatan utama. Sementara 55,52 persen menyebut kehamilan remaja dan pernikahan anak, serta 39,66% terkait kekerasan antar personal. “Menurut responden kesehatan mental adalah masalah yang paling dekat,” tutur Wilson.
Yofania Asyifa, Founder Pasti.id, komunitas yang bergerak di bidang kesehatan mental remaja, menilai edukasi pentingnya kesehatan mental harusnya tidak hanya kepada remaja, tapi juga orang tua. Sebab, para orang tua masih menganggap kesehatan mental sebagai sesuatu hal yang tabu. “Apalagi ada stigmas konsultasi ke psikolog dianggap mengalami masalah kejiwaan,” katanya.
Yofania juga menilai akses untuk kesehatan mental melalui BPJS Kesehatan juga masih sangat sulit. Untuk itu edukasi di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama menjadi penting karena masih banyak tenaga kesehatan yang meremehkan kesehatan mental. “Akses untuk mendapat rujukan seringkali dipersulit,” imbuhnya.
Selain persoalan kesehatan mental, pada KSP Mendengar yang mengusung tema “Pemenuhan Hak Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045” ini, juga dibahas isu-isu kesehatan remaja lainnya. Diantaranya, kesehatan reproduksi, perundungan, dan pencegahan stunting. “Lewat forum ini, kami sebagai anak muda merasa dilibatkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dialami kalangan kami (remaja),” kata Denis, Presiden CIMSA.**