TABANAN, Fajarbadung.com – Destinasi Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia tetap mengembangkan konsep destinasi pariwisata back to nature eco farm. Pengelola DTW Jatiluwih John Ketut Purna mengatakan, pembangunan eco farm merupakan komitmen pengelolaan DTW Jatiluwih untuk menjaga destinasi yang sudah menjadi warisan budaya dunia ini tetap alamiah dan terlestari dengan baik.
“Luasan lahan yang ada sekitar 20 hektar lebih. Saya sudah mendapatkan investor dari Singapura. Nanti akan membangun seperti vila, resto dengan dinding bambu. Konsep kita adalah back to nature,” ujarnya.
Dengan total lahan seluas lebih dari 20 hektar, Jatiluwih Eco Farm nantinya bakal dilengkapi dengan vila dan glamping berkonsep alam. Pengembang menyiapkan 20 kamar vila yang akan berdiri dengan material kayu. Vila dengan dinding bambu.
Semua tamu tidak perlu lagi bayar tiket masuk dan hanya bayar karcis masuk saat masuk ke DTW Jatiluwih. Penataan ini masih dalam wilayah warisan budaya dunia.
Dalam pengembangan konsep yang ada ini, akan menawarkan pengalaman baru bagi wisatawan. Wisatawan dapat menikmati pengalaman membuat kopi, memanen lebah, mancing di sungai, termasuk tanam padi dan mandi lumpur.
John mengatakan, mandi lumpur seperti tak lazim dilakukan oleh wisatawan. Namun, permintaan yang tak lazim dilakukan itu justru digemari oleh para penekun Yoga Tertawa. “Kita di sini based on request, maunya apa, market kita di sini kebanyakan tamu Eropa, terutama Prancis, tapi ada komunitas Yoga Tertawa di Ubud suka dengan mandi lumpur,” kata Jhon Purna.
Jatiluwih Eco Farm menjadi destinasi wisata baru yang lokasinya berada sekitar 4 km dari hamparan sawah terasering Desa Wisata Jatiluwih.
Dengan keunikan yang ditawarkan, destinasi di lembah persawahan ini dilengkapi dengan resto berkapasitas 200 orang serta helikopter wisata. Tidak itu saja, saat malam tiba temaram persawahan itu disinari dengan nyala ribuan kunang-kunang. “Konsep kita back to nature, kalau malam di sini masih banyak sekali kunang-kunang,” katanya.
Sementara, keberadaan helipad di tengah areal persawahan itu dibangun untuk membidik pasar wisatawan VIP. Jhon mengatakan, mereka biasa memilih hotel di kawasan mewah di Badung Selatan seperti, Nusa Dua dan Jimbaran.
“Mereka punya waktu terbatas dan di sini kita tawarkan helikopter wisata untuk tur ke Jatiluwih, dia landing di helipad di sini, kita maunya nanti ajak mereka glamping ke hutan atau di persawahan,” jelasnya.
Dengan daya tarik wisata itu menurut Jhon, akan memberdayakan masyarakat lokal untuk terlibat dalam penyediaan sarana. “Nanti kita bisa menyiapkan jeep landcruiser atau volkswagon dan tentu akan melibatkan masyarakat lokal. Itu rencana yang akan kita lakukan, kalau tamu di sini paling lama satu jam, nanti mereka balik lagi atau ke tempat lain,” tambahnya.(Chris)