Freelancers Indonesia Bisa Lakukan Transformasi Bisnis Melalui Solos

0
233
Peluncuran Platform e-commerce di Canggu Bali pada Selasa malam (10/5/2022). Foto : ist

DENPASAR, Fajarbadung.com – Warga Indonesia dan dunia saat ini tidak perlu bingung lagi untuk melakukan transformasi bisnis. Sebab, sudah tersedia platform e-commerce terbaru yakni Solos. Platform e-commerce terbaru ini akan membantu solopreneur (solo-entrepreneur) dan freelancer menjual layanan mereka dengan cepat dan mudah secara online. Platform e-commerce ini diluncurkan secara resmi di Canggu Bali pada Selasa malam (10/5/2022). Peluncuran ini dihadiri oleh para kaum Milenial baik lokal maupun asing. Banyak enterpreneur asing ikut dalam peluncuran ini.

Platform digital ini dibangun oleh pemuda asal Medan yang pernah memenangkan penghargaan Telkomsel NextDev Summit untuk entrepreneurship dan solusi digital bernama Ricky Willianto. Saat dikonfirmasi, Willianto mengatakan, Solos memiliki visi untuk memberdayakan setiap orang untuk melakukan pekerjaan yang mereka sukai dengan cara yang berkelanjutan secara finansial. Solos menghadirkan 3 solusi utama yaitu sebagai portfolio builder, online shop for service, dan payment solutions for service sellers. Solusi ini diciptakan untuk mewujudkan misi Solos membantu freelancer dan solopreneur menemukan klien baru dengan cepat.

“Solos diciptakan untuk membantu mereka mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menyepakati transaksi, yang pada akhirnya menghasilkan lebih banyak pendapatan. Kami ingin meningkatkan pendapatan bagi para profesional Asia dari $20 per hari menjadi $20 per jam,” ujar Ricky Willianto, CEO dari Solos.

Solos saat ini merupakan platform e-commerce layanan jasa yang paling komprehensif dan unggul di antara kompetitor sejenis di Indonesia. Solos menjawab tantangan yang selama ini dihadapi pelaku freelancing hadapi ketika menggunakan platform sejenis, seperti biaya administrasi dan bagi hasil yang mahal, komunikasi dengan klien yang dibatasi pada satu platform tertentu, dan skema pembayaran yang terbatas.

Solos dilengkapi dengan teknologi yang memudahkan para freelancer untuk membangun website dan toko online, dengan tampilan depan (storefront) yang menarik dan memungkinkan para freelancer untuk memamerkan karya dan jasa mereka secara online dan kredibel. Sehingga freelancers tidak perlu lagi membuat website terpisah atau mencantumkan Linktree atau tool sejenis yang berisikan tautan website, portfolio, nomor telepon, email, dan sosial media mereka karena Solos menghadirkan seluruh fungsi tersebut dalam satu tempat.

See also  Sinergi Kantor Staf Presiden, Lemhanas, dan Wantannas dalam Penanganan Isu-Isu Strategis

Solos juga didukung dengan teknologi di belakang layar (back-end) yang membantu pengaturan proyek freelance dengan lebih mudah dan teratur, mulai dari project management, chat, tagihan, hingga sistem pembayaran. Selain itu Solos memberi kebebasan dan keleluasaan bagi para freelancer untuk menentukan cara bekerja dengan klien, kebebasan komunikasi langsung dengan klien, serta bebas menentukan cara pembayaran dengan klien.

“Berbeda dengan platform pencarian layanan freelance lainnya yang membatasi cara komunikasi dan skema pembayaran antara klien dengan freelancer, Solos memberi kebebasan bagi freelancer dan solopreneur untuk menawarkan layanan jasa mereka secara langsung kepada klien dengan platform komunikasi dan skema pembayaran yang bisa mereka tentukan sendiri,” ungkap Ricky.

Saat ini, tren freelancing sedang meningkat di dunia. Solos mengestimasi saat ini terdapat 70 juta freelancers dan solo entrepreneur di Asia Tenggara. Nilai pemasukan tahunan freelancers di Asia Tenggara tersebut mencapai $93 miliar. World Bank mencatat pertumbuhan pelaku freelancing mencapai 30% setiap tahunnya dengan dominasi segmentasi usia 18-44 tahun. Penelitian School of Business University of Brighton menyatakan bahwa 97 persen pekerja lepas lebih bahagia daripada pekerja kantoran.

Tren yang sama terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat 33,34 juta orang bekerja sebagai freelancer dan small business owners hingga Agustus 2020. Angka ini naik 4,32 juta orang atau 26 persen dari tahun sebelumnya.

Menurut Ricky, pasokan tenaga kerja yang menginginkan pekerjaan jam 9-5 kini semakin berkurang, terutama untuk kategori pekerjaan yang banyak diminati seperti teknik, desain, UI/UX, penelitian, pembinaan (training), dan strategi. Selain faktor fleksibilitas waktu dan tempat bekerja, ada kecenderungan sosial yang mendasari, terutama di kalangan generasi muda, untuk mendapatkan pekerjaan yang memiliki makna bagi hidup mereka. Hal ini dapat berupa melakukan pekerjaan yang berdampak positif bagi dunia, atau bahkan hanya pekerjaan yang selaras dengan nilai-nilai pribadi seseorang seperti kreativitas atau kebebasan.

Akibatnya, perusahaan berjuang untuk mengisi jumlah karyawan mereka, dan karena itu mereka mencari cara alternatif untuk bekerja dengan generasi muda. Perusahaan sukses seperti Google sudah memanfaatkan tenaga kerja kontrak dan freelancers dalam bisnis mereka. Faktanya, 54% tenaga kerja Google adalah outsource.

See also  Moeldoko : Pemerintah Sangat Komitmen Soal Pelestarian Desa Adat

Sementara SAP menemukan bahwa rata-rata 25% tenaga kerja dari organisasi terbesar terdiri dari pekerja lepas dan kontraktor.

Menurut Ricky, skema ini memungkinkan organisasi untuk mengelola sumber daya mereka dengan lebih baik dan memaksimalkan efisiensi dan output mereka. Organisasi dengan tenaga kerja yang fleksibel lebih mampu menyesuaikan biaya mereka berdasarkan lingkungan dan situasi bisnis.

“Kami percaya bahwa terjadi transisi besar pada angkatan kerja masa kini. Generasi baru lebih menyukai kebebasan, fleksibilitas, dan pekerjaan yang berdampak dan didorong oleh hasrat. Hasilnya, orang-orang yang dulu bergantung pada pekerjaan kantoran kini memulai bisnis mereka sendiri yang dimungkinkan oleh teknologi dan kerja jarak jauh. Solos ingin menjadi solusi terdepan bagi orang-orang yang memulai perjalanan ini, dan menjadi mitra yang membantu mereka sukses dalam bisnis mereka,” ungkap Ricky.

Solos fokus membantu freelancer dan solopreneur menemukan klien baru dengan cepat. Solusi Solos diciptakan untuk membantu mereka mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menyepakati transaksi, yang pada akhirnya menghasilkan lebih banyak pendapatan.
Solos dirancang untuk melayani kebutuhan pekerja profesional. Siapa pun yang menjual keahlian, keterampilan, dan pengetahuan mereka adalah target pengguna Solos. Solos memberdayakan desainer grafis, penulis, tutor belajar, pelatih pribadi, instruktur yoga, konsultan PR, peneliti profesional, dan pakar strategi.

“Saat ini Solos fokus pada pertumbuhan di Indonesia. Kami saat ini berbasis di Bali karena kami percaya Bali adalah pusat bisnis yang tepat untuk freelancer, solopreneur, dan digital nomads,” jelas Ricky.

Bali adalah pusat bagi para digital nomads (orang yang bisa bekerja dimanapun). Menurut Ricky, ada banyak dari target pengguna Solos berada di Bali karena mereka ingin memiliki gaya hidup yang seimbang. Mereka pergi berselancar dan melakukan yoga di pagi hari, membangun bisnis mereka di siang hari, dan kemudian memiliki kehidupan sosial yang hebat di malam hari.

See also  KSP: Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Tanjung Priok Timur Dimulai Desember 2023

“Selain itu, Bali adalah kota berskala internasional yang menarik minat orang-orang dari berbagai negara. Kami pikir Bali akan memungkinkan kami untuk membangun komunitas global, namun juga masih memungkinkan kami untuk mempertahankan identitas kami sebagai bangsa Indonesia. Fakta unik, Solos adalah kata jamak untuk solo – yang mengacu pada beberapa solopreneur yang bekerja bersama. Esensi gotong royong ini berpusat pada keragaman, membangun komunitas, dan bekerja sama. Bagi kami, Bali mewakili semua hal di atas,” jelas Ricky.

Ricky mengungkapkan Solos mengalami pertumbuhan eksponensial dalam jumlah pengguna sejak pertama kali dioperasikan. Solos juga memiliki daya tarik global dan telah menerima minat dari freelancers dan solopreneurs dari Filipina, Australia, India, AS, dan pasar lain secara global. Solos saat ini tengah mengumpulkan seed round dari investor di Asia Tenggara dan Eropa. Sejauh ini Solos memiliki beberapa angel investor dari perusahaan seperti Microsoft, HSBC, JP Morgan, dan Blackberry.

“Kami percaya bahwa freelancers dan solopreneurs ingin berkembang dalam komunitas yang saling mendukung. Untuk itu kami membangun komunitas Discord dari solopreneurs dan freelancers yang ingin membawa bisnis mereka ke tingkat berikutnya. Di dalam komunitas ini, kami menghubungkan anggota dengan klien dan peluang baru, mendiskusikan proyek dan praktik terbaik, dan membantu solopreneur bertemu satu sama lain sehingga mereka dapat berkolaborasi dalam proyek yang lebih besar. Pada akhirnya kami ingin setiap orang mampu melakukan pekerjaan yang mereka sukai dengan cara yang berkelanjutan secara finansial,” tutup Ricky.

Editor|Arnold Dhae

(Visited 10 times, 1 visits today)