DENPASAR, Fajarbadung.com – Penerapan protokol kesehatan bukan hanya menjadi kunci utama pengendalian dari penyebaran Covid-19. Penerapan protokol kesehatan yang disiplin dan konsisten juga menjadi bagian dari langkah pertama dalam memulihkan situasi perekonomian secara nasional. Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata RI Henky Hotma Parlindungan Manurung mengatakan, posisi Bali menjadi sangat penting bagi Indonesia. Karena Bali merupakan ikon pariwisata dunia yang dimiliki Indonesia.
Dia mengatakan, pandemi Covid-19 bukan hanya dihadapi Negara Indonesia saja. Karena itu, pihaknya di Kementerian Pariwisata RI bersama kementerian lainnya telah membuatkan berbagai kebijakan dari segala sisi persoalan. Salah satunya dari sisi suplai dengan memberikan keringan-keringanan maupun relaksasi. Misalnya mengenai keringanan pembayaran listrik. Begitu juga program kementerian lainnya berupa bantuan untuk informal worker. Dan kami bersama Pemprov Bali akan menciptakan program pemulihan Bali,” katanya di Denpasar, Sabtu (12/9).
Ketua Forum Komunikasi Antar Media Bali Bangkit I Nyoman Wirata, regulasi mengenai penerapan protokol kesehatan telah dibuat Pemerintah Pusat maupun Pemprov Bali agar bisa membangkitkan kepercayaan internasional. Menurutnya, hal itu bisa terwujud bila seluruh komponen bekerja sama untuk menerapkan protokol kesehatan tersebut. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dipastikan. Pertama, pemerintah daerah memastikan bahwa protokol kesehatan sudah dilaksanakan benar dan tepat. “Jangan sampai menjadi pajangan saja,” jelasnya.
Untuk memastikannya, tidak bisa hanya dengan mengandalkan Satpol PP semata. Seluruh jajaran mesti dilibatkan sampai ke tingkat bawah. Baik itu desa dinas maupun desa adat.
Menurutnya, inilah yang perlu disosialisasikan dan diedukasikan kepada masyarakat. Penerapan protokol kesehatan yang kurang maksimal akan berimplikasi terhadap lambannya upaya pemulihan perekonomian. Terlebih Bali sejauh ini bertumpu pada sektor pariwisata sebagai penggerak utama perekonomian. “Ekonomi Bali terdiri dari tiga pariwisata, pertanian, dan perindustrian. Yang menjadi motornya sekarang ini pariwisata. Ketika motor yang besar tidak jalan, yang lain akan macet,” jelasnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah situasi pandemi ini harus menjadi pelajaran bagi pemangku kepentingan. Khususnya dalam menyeimbangkan pengembangan ekonomi daerah yang tidak hanya berat ke satu sektor saja.
“Ke depan ini mesti menjadi pengalaman. Jangan sampai pariwisata dijadikan dewa. Harus diselaraskan dengan pengembangan sektor lainnya. Sebetulnya, ini bukan wacana baru, tapi pelaksanaannya saja yang belum,” ujarnya.(Axelle Dae).