DENPASAR, Fajarbadung.com – Pihak PT Angkasa Pura Ngurah Rai akhirnya memberikan penjelasan dan klarifikasi terkait dengan penurunan paksa 19 penumpang dari atas pesawat Jet Star. Insiden tersebut terjadi pada Minggu malam (10/11) lalu.
Saat itu pihak maskapai yakni crew dan pilot menurunkan 19 penumpang secara paksa. Humas PT Angkasa Pura Ngurah Rai Bali Arie Ashanurrohim menjelaskan, sebenarnya kasus tersebut merupakan urusan internal maskapai. Namun karena berbagai berita baik di media mainstream asing maupun media sosial yang terus menghubungan peristiwa tersebut dengan unsur SARA yang sensitif maka selalu pengelolah Bandara Ngurah Rai, PT Angkasa Pura perlu melakukan klarifikasi dan penjelasan secara lengkap.
“Sesungguhnya kami beranggapan kasus ini urusan internal maskapai. Setelah kami telusuri, sama sekali tidak ada hubungannya dengan isu SARA. Namun karena berbagai pemberitaan yang mengarah ke iai SARA maka kami perlu klarifikasi dan memberi penjelasan. Supaya tidak membias dan menjaga citra Indonesia di mata asing.
Sebab ini penerbangan asing. Pemberitaan di luar sana insiden itu berhubungan dengan SARA,” ujarnya di Denpasar, Rabu (13/11). Pemberitaan hal itu sudah berlangsung selama beberapa hari ini.
Menanggapi pemberitaan terkait insiden diturunkannya sejumlah penumpang dari pesawat dalam penerbangan JetStar JQ-36 tujuan Melbourne, Australia, pada hari Minggu (03/11) malam, Angkasa Pura Ngurah Rai perlu melakukan klarifikasi karena banyak yang tidak benar informasinya.
Dalam pemberitaan yang dilansir dari portal berita OkeMuslim, 7News, DailyMail, serta sejumlah media lain, disebutkan bahwa sejumlah penumpang diturunkan dari pesawat dikaitkan dengan isu agama tertentu.
“Bersama ini dapat disampaikan bahwa diturunkannya sejumlah penumpang dari pesawat tersebut murni karena alasan keamanan dan keselamatan penerbangan yang melibatkan penumpang (unruly passenger), serta tidak ada kaitannya dengan isu SARA,” ujarnya.
Terkait kronologi kejadian, pada hari Minggu (03/11) malam, pesawat JetStar dengan nomor penerbangan JQ-36 yang sedang melakukan pushback di area apron menuju taxiway untuk segera lepas landas. Dalam situasi ini, demi keselamatan dan keamanan penerbangan, seluruh penumpang dan awak kabin pesawat diharuskan untuk duduk di kursi masing-masing dengan mengencangkan sabuk pengaman. Namun, terdapat dua penumpang yang tidak mengindahkan instruksi dari awak kabin untuk duduk dan mengencangkan sabuk pengaman.
Awalnya, seorang penumpang mengeluhkan fasilitas layar monitor (in-flight entertainment) di depan kursinya yang tidak menyala kepada awak kabin. Awak kabin kemudian mengatakan akan menindaklanjuti setelah pesawat mengudara, serta saat lampu tanda sabuk pengaman telah dipadamkan. Penumpang yang bersangkutan tetap bersikeras untuk tetap berdiri serta tidak mengindahkan instruksi awak kabin pesawat.
“Setelah peringatan tidak diindahkan oleh penumpang yang bersangkutan, awak kabin kemudian melaporkan insiden ini kepada pilot. Pilot kemudian memutuskan untuk kembali ke parking stand nomor 25, dengan selanjutnya kedua penumpang ini diturunkan dari pesawat karena tidak mengindahkan instruksi keselamatan penerbangan dari awak kabin. Istilahnya, penumpang ini adalah unruly passenger. Penumpang yang tidak mengindahkan instruksi keselamatan berpotensi membahayakan diri sendiri, penumpang lain, serta penerbangan itu sendiri,” tambahnya.
Selama proses penurunan kedua penumpang tersebut, sebanyak 19 penumpang lain yang merupakan satu rombongan dengan kedua penumpang tersebut turut serta melakukan protes kepada awak kabin, sehingga pilot memutuskan untuk menurunkan 19 penumpang lain yang melakukan protes tersebut.
“Setelah kejadian tersebut, pilot memutuskan untuk kembali ke parking stand untuk meminta bantuan kepada personel Aviation Security bandar udara. Namun pada saat kedua penumpang tersebut dalam proses penurunan, 19 penumpang lain turut melakukan protes, sehingga turut serta diturunkan dari pesawat. Dalam penerbangan, keamanan dan keselamatan adalah hal paling utama. Namun demikian, kejadian ini tidak mengganggu operasional penerbangan dan operasional bandar udara secara umum. Jadi, saya rasa sudah jelas bahwa alasan penurunan sejumlah penumpang dari pesawat JQ-36 ini adalah murni karena alasan unruly passenger, dan sangat tidak tepat jika diasosiasikan dengan alasan SARA,” tutupnya.
Sejumlah penumpang yang terpaksa diturunkan dari penerbangan JQ-36 tersebut akhirnya diberangkatkan kembali ke Melbourne pada Senin (04/11) malam.(axelle dae/fb)