DENPASAR, Fajarbadung.com – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali mensinyalir dana hibah pariwisata bagi Bali hingga kini belum mampu mendongkrak industri pariwisata di Bali. Hal ini disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda pada acara Obrolan Santai BI Bareng Media, Selasa, (24/11/2020) di Sanur Bali. Menurut Rizki, dana hibah pariwisata yang diterima Bali hingga saat ini belum kelihatan peningkatan bisnis pada sektor pariwisata. “Penyerapan tidak maksimal. Jadi belum begitu nendang istilahnya, dalam menaikan sektor pariwisata Bali. Tidak semuanya terserap,” ujarnya.
Ia mengatakan, sepengetahuan BI selama ini ketidakmampuan menyerap dana pariwisata didominasi oleh faktor administrasi. Banyak industri hotel dan restoran yang tidak memperbaharui Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) dan banyak TDUP yang sudah kedaluarsa. Hingga saat ini masih banyak dana yang diparkir di kas daerah dan belum tersalur dengan baik. “Kami mendengar bahwa Wakil Gubernur Bali,
Dinas Pariwisata dan stakeholder pariwisata lainnya sampai berangkat ke Jakarta melaporkan hal ini. Dan oleh Kementerian Pariwisata diminta untuk bekerja cepat, membereskan semua TDUP sehingga dana tersebut bisa diserah dengan cepat,” ujarnya.
Belum lagi banyak industri pariwisata yang walaupun sudah mendapatkan dana tersebut namun dipakai untuk membayar pajak yang pernah tertunggak beberapa tahun sebelumnya. Hal ini tidak berdampak pada pengembangan industri pariwisata di Bali. Diketahui, pemerintah menggelontorkan dana hibah pariwisata sebanyak Rp 3,3 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 1,1 triliun diperuntukkan bagi Bali. Dari Rp 1,1 triliun ada Rp 900 miliar lebih diterima oleh Kabupaten Badung dan sisanya tersebar di beberapa kabupaten lainnya di Bali.
Rizki juga mengatakan, perekonomian Bali sangat tergantung dari pariwisata terutama pariwisata mancanegara. Namun hingga saat ini belum ada satupun negara yang sudah membuka pariwisata atau membolehkan warganya untuk pergi ke luar negeri. Bahkan prediksi dari World Tourism Organization (WTO) mengatakan, Covid19 pariwisata baru bisa pulih antara 2,5-4 tahun. Artinya, sampai dengan tahun 2022, pariwisata baru mulai tumbuh. Bahkan, pasar Wisman Bali saja yakni China dan Australia belum membuka akses pariwisata bagi warganya. Solusinya adalah fokus ke pariwisata domestik, dari masa tourism dialihkan menjadi quality tourism. Sebab ada penelitian bahwa quality tourism diketahui spending money-nya sebesar tuju kali lipat dari masa tourism.
Penulis|Axelle Dae|Editor|Christ.