DENPASAR, Fajarbadung.com – Mahasabha (Kongres Nasional) XII Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) yang selesai pada Sabtu malam (30/10/2021) menyisakan persoalan dan kekecewaan sebagian peserta. Pengamat Hindu Nusantara Jro Bauddha Suena mengatakan, Mahasabha PHDI XII yang dilaksanakan Sabtu 30 Oktober 2021 adalah hal yang paling utama dari keseluruhan penyelenggaran Mahasabha selama ini. D dalam Mahasabha kali ini dilakukannya pengesahan AD/ART PHDI dan juga pemilihan Dharma Adyaksa, Ketua Sabha Walaka dan Ketua Pengurus Harian oleh 27 PHDI Provinsi yang hadir dari total 34 PHDI Provinsi. “Namun kali ini Mahasabha berakhir anti klimaks dan mengecewakan banyak pihak karena mekanisme yang dilakukan tidak sebagaimana mestinya,” ujarnya di Denpasar, Minggu (31/10/2021).
Ia melanjutkan, para PHDI Provinsi pendukung Hindu Nusantara yang dimotori oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda yang sedari awal menginginkan adanya pemilihan sistem paket sekaligus, di mana Dharma Adyaksa, Ketua Sabha Walaka dan Ketua Pengurus Harian jadi satu paket, dicurangi secara nyata-nyata di depan semua peserta Mahasabha yang dilakukan secara luring di Hotel Sultan,Jakarta dan juga secara daring.
Suena mengatakan, sesuai hasil voting 27 PHDI Provinsi untuk pemilihan paket dan non paket kemarin memperoleh skore yang memilih paket 17 Provinsi dan Non Paket 10 Provinsi tetapi dianulir oleh kelompok para sulinggih pendukung KOTA (Kelompok Organisasi Transnasional Asing). “Karena para sulinggih tersebut tetap menginginkan Dharma Adyaksa dipilih oleh para sulinggih sendiri,” ujarnya.
Kandidat Dharma Adyaksa yakni Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda yang sedari awal berkomitmen hanya mau maju sebagai Dharma Adyaksa dengan sistem Paket, akhirnya WALK OUT, meninggalkan Forum Mahasabha dan memutuskan tidak terlibat lagi terlibat dalam organisasi PHDI, karena menurut beliau, Dharma Adyaksa, Ketua Sabha Walaka dan Ketua Harian adalah organ PHDI dalam satu atap, satu organisasi, yang seyogyanya tiga organ tersebut harus mempunyai chemistry yang sama dalam menjalankan roda organisasi PHDI. Sehingga kalau setiap organ dipilih terpisah maka akan menghasilkan tiga pemimpin satu organisasi sekaligus yang belum tentu mengenal dan satu ideologi satu sama lain. “Otomatis jalannya organisasi menjadi tidak baik untuk pembinaan umat Hindu Dharma Indonesia,” ujarnya.
Akhirnya yang disetujui untuk pemilihan sistem paket hanya Ketua Sabha Walaka dan Ketua Harian saja, dimana pemilihan secara online tersebut menghasilkan kemenangan untuk pasangan Wisnu Bawa Tenaya-Puspa Adnyana dengan skore 182 dan 100 untuk suara Sutresna-Sang Nyoman Suwisma. Hasil ini mengecewakan banyak pihak karena sistem pemilihan secara online tersebut patut diduga banyak kecurangan karena tidak adanya tim telematika independent yang mengawasi sistem online tersebut. Apalagi tidak satya wacananya WBT dimana dalam pernyataan WBT sebelumnya di Banten, tidak akan ikut lagi pemilihan Ketua Harian PHDI dan berkomitmen melakukan kaderisasi kepada orang lain.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa paket calon Pengurus PHDI PUSAT 2021-2026 yang diajukan oleh PHDI pro Hindu Nusantara adalah Dharma Adyaksa di Sabha Pandita yakni Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda, Ketua Sabha Walaka, Prof. I Made Surada, Ketua Pengurus Harian PHDI Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma, Sekum I.B.Alit Wiratmaja dan Calon Ketua Majelis Kehormatan/Dang Kerta, Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari.
Editor|Axelle Dhae