BLAHKIUH, FAJARBADUNG.COM – Gusti Ayu Putu Martini seorang peternak babi asal Badung yang beralamat di Banjar Pikah Desa Blahkiuh, sukses meraih juara I se-Bali dalam menerapkan sistem Biosecurity yang memanfaatkan akses jaringan Wifi gratis yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung.
Biosecurity merupakan prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ternak dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit sehingga dapat menekan resiko dan konsekuensi penularan penyakit. Biosecurity merupakan perlindungan dari penyebaran penyakit infeksius, parasit dan hama ke unit produksi ternak.
Saat ditemui di kediamannya, Gusti Ayu Putu Martini menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pertanian dan Pangan yang telah memberikan pelatihan dan pendampingan dalam menerapkan sistem biosecurity dalam beternak babi, sehingga meskipun sempat terjadi kasus kematian babi awal tahun ini, yang menyebabkan kematian babi secara masif di wilayah Provinsi Bali. Namun berkat penerapan sistem biosecurity secara ketat, ternak babinya yang berjumlah 50 ekor bisa selamat.
“Kami selaku peternak merasa bersyukur berkat adanya penerapan biosecurity di bawah binaan dan pendampingan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, ternak kami bisa selamat dari kematian,” ucapnya bersyukur.
Selain itu, dalam penerapan sistem teknologi, guna melakukan pengawasan kepada hewan ternaknya, Gusti Ayu Putu Martini memasang CCTV di areal kandang babi yang juga memanfaatkan akses jaringan Wifi gratis tersebut.
“Untuk meminimalisir kontrol lalu lintas dan kontak secara langsung dengan hewan ternak, kami memasang CCTV dengan memanfaatkan wifi gratis yang dipasang oleh Dinas Kominfo Kabupaten Badung, sehingga kami bisa mengontrol dan melakukan pengawasan hewan ternak lewat handphone dari mana saja dan kapan saja,” terangnya
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Wayan Wijana menerangkan sektor peternakan masih berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, terutama di daerah pedesaan. Selain itu, sektor ini juga banyak menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Sektor pertanian di Kabupaten Badung melalui sub sektor peternakan berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat desa,” ujar Wijana, saat ditemui di Puspem Badung, Jumat (23/10).
Namun menurutnya salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam proses pembangunan, termasuk di sub sektor peternakan adalah perkembangan teknologi. Karena teknologi juga berperan penting dalam membantu peningkatan output pelaku usaha peternakan di Kabupaten Badung.
“Ternak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Produktivitas ternak, dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu genetik, manajemen pemeliharaan, dan lingkungan. Hewan ternak yang sama-sama mempunyai genetik tinggi dan dipelihara dengan baik, ketersediaan pakan atau lingkungannya tidak sesuai maka tidak akan menghasilkan produktivitas yang tinggi,” katanya.
Untuk itu agar sektor peternakan dapat terus menumbuhkan perekonomian daerah, Wijana mengungkapkan upaya strategis yang dilakukan oleh Pemkab Badung salah satunya mendorong peternak untuk menerapkan sistem biosecurity secara ketat. Untuk itu pihaknya sudah menyiapkan pedoman yang harus ditaati oleh peternak dalam menerapkan sistem biosecurity. Karena sistem biosecurity merupakan sebagai pertahanan terdepan pada suatu peternakan.
Banyak yang dapat menjadi sumber penyakit pada ternak di antaranya dari ternak itu sendiri seperti ternak sakit, bangkai, ternak pembawa penyakit atau disebut ternak carrier. Selain itu juga dari manusia, pakan, air minum, kotoran ternak serta limbah peternakan. Dari hama (rodensia seperti tikus dan bermacam-macam serangga), burung dan unggas lain yaitu burung yang sering masuk ke area peternakan misalnya merpati dan burung liar) dan hewan-hewan lain seperti anjing, kucing dan sebagainya. “Terdapat beberapa prinsip biosecurity dalam peternakan, yaitu isolasi, kontrol lalu lintas, sanitasi, dan kontrol hama,” terangnya.***
Editor – Igo Kleden