KUTA, FAJAR BADUNG – Panitia Bhinneka Pantai Jerman Culture Festival mengundang Ketua DPRD Kabupaten Badung, Putu Parwata yang kemudian diwakili I Gusti Anom Gumanti dan Wakil Ketua DPRD Badung, Wayan Suyasa untuk menjadi Narasumber dalam Diskusi publik membahas “Badung-Bali Bangkit dan Pulih menuju Kota Cerdas atau Smart City melalui Gerakan Budaya” di Palm Beach Resort, Banjar Segara Kuta, Jumat, 25 November 2022.
I Gusti Anom Gumanti yang ditemui di lokasi kegiatan mengatakan menyambut baik kegiatan ini dan berharap panitia tidak hanya memanage Pantai Jerman saja.
“Saya melihat diskusinya sangat baik. Jadi, harapan saya, tidak hanya mem-packaging atau memanage Pantai Jerman saja, karena kawasan pantai yang dimiliki di Badung ini sangat luas, sekitar 82 kilometer,” terang Legislator asal Kuta ini.
Selanjutnya, I Gusti Anom Gumanti yang juga Ketua Fraksi PDIP DPRD Badung ini mengatakan, bahwa masing-masing wilayah, khususnya di Desa Adat memiliki potensinya, sehingga diharapkan kajian akademisi dan pentahelix bersama-sama nantinya membangun kawasan pantai di Badung.
Bahkan, politisi Dapil Kuta ini menyampaikan, bahwa hal terpenting diantara semuanya itu adalah tentang tata cara menata pantai agar memiliki daya saing. Melalui diskusi ini, disebutkan salah satunya mengarah ke smart city yang harus dilengkapi dengan pranata-pranata, baik itu infrastruktur maupun tata ruang.
“Banyak aspek yang menentukan. Jadi, tidak bisa kita berbicara bahwa pantai ini harus seperti ini, tidak bisa, karena harus ada kajian, baik kajian akademisi, kemudian masyarakatnya yang juga paling penting. Mau ngak diajak kearah kemajuan seperti itu,” jelasnya.
Terkait kendala penataan kawasan pantai, Anom Gumanti menyebutkan, karena kawasan pantai tidak terlepas dari kondisi alam, sehingga ketika musim seperti sekarang ini, banyak bermunculan masalah sampah di pantai. Selain itu, juga disinggung masalah Sumber Daya Alam (SDM) dan tentunya belum dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai.
Namun, hal yang paling penting dalam penataan kawasan pantai terkait konsepsi. Anom Gumanti mencontohkan Pantai Kuta harus diarahkan konsepnya yang memiliki daya saingnya yang akhirnya bermuara harus bernilai jual tinggi, sehingga kawasan pantai ini, terutama destinasi menjadi berkualitas.
“Saya berharap ada kajian dari berbagai pihak, baik akademisi maupun pelaku pariwisata.
Contohnya, di Uluwatu misalnya kawasan pantai dikombinasi dengan tari kecak. Di Kuta harus bikin dan lebih menarik, jangan yang sama. Artinya harus membuat terobosan inovasi yang baru,” paparnya.
Anom Gumanti juga menyebutkan tahun 80-an wisatawan ramai berbaring atau berjemur di Pantai Kuta. Namun, sekarang malah bisa dihitung dengan jari wisatawan yang berjemur.
“Dulu wisatawan membaringkan badan, kemudian melihat sunset, begitu banyaknya. Namun, sekarang malah bisa dihitung dengan jari. Hal ini merupakan tugas kita. Dulu wisatawan ramai berjemur di Pantai Kuta, mengapa sekarang tidak,
apa masalahnya. Nah, ini yang perlu kita bedah untuk dicarikan jalan keluarnya,” kata Anom Gumanti.
Oleh karena itu, permasalahan penataan kawasan pantai harus dikaji lagi bersama para tokoh di Kuta dan juga pemerintah, karena pariwisata itu identik dengan rasa aman dan nyaman, sehingga sejumlah permasalahan harus dibedah agar bisa dicarikan jalan keluarnya.
“Pertama, yang kita pikirkan adalah studi kelayakan. Kedua, dampaknya, baik bagi wisatawan maupun masyarakat itu sendiri, karena wisatawan khan ada dua, wisdom atau wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Jadi, hal ini perlu kita pikirkan secara holistik di Badung. Bukan hanya untuk di Kuta,” ujarnya.
Sementara itu, Amran dari Kemendagri, khususnya Direktorat Kawasan, Perkotaan dan Batas Antar Negara memaparkan, bahwa pihaknya menerapkan salah satu aspek untuk pengembangan smart city di daerah perkotaan, lantaran di Bali berbasis budaya yang sangat diharapkan. Apalagi masyarakat di Bali itu sudah memiliki budaya yang kuat.
Untuk di Kabupaten Badung, khususnya di Pantai Jerman, Amran mengatakan, bahwa masyarakatnya sudah terbukti menata Pantai Jerman, yang awalnya banyak sampah akhirnya sekarang sudah berubah menjadi bersih.Apalagi hari ini ada festival kebudayaan.
“Nah, itu berarti sebuah wujud bagaimana nantinya Badung menjadi kota yang lebih baik dimulai dari beberapa wilayahnya. Kalau kita melihat sekarang ini berada di Pantai Jerman, itu berarti akan berkembang. Mudah-mudahan akan sama,” harapnya.
Konkretnya, disebutkan Amran, penataan Pantai Jerman telah didukung oleh Kemendagri, yang sedari awal sudah melakukan kegiatan Gila Sampah berupa gerakan menuntaskan masalah sampah.
Bahkan, kegiatan positif ini sangat diharapkan masyarakat, karena
jadi gerakan yang tumbuh di masyarakat.
“Kita sebagai pihak yang mengadakan pembinaan mendorong bagaimana harapan masyarakat ini bisa terlaksana dengan baik. Kita sudah lakukan beberapa bulan lalu, bahkan Mendagri sudah sampai kesini melakukan kegiatan Gila Sampah,” tutupnya.***ch